News Update :

Penulis : Unknown on Kamis, 11 April 2013 | 06.13

                   Asal – Usul Nama Cilangkahan

Sosok Almarhum Kibuyut Alijan bin Buyut Asmunah atau ada pula yang menyebutkan Ki Buyut Asman. Pengembara dari kawasan Cigelung Kecamatan Jasingan – Bogor. Tepatnya hampir disekitar perbatasan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor. Almarhum Alijin, adalah sosok yang hoby mengembara, dengan membawa keahliannya memainkan seni tradisional. Ahli seni dan pelaku sejarah ini, biasa berkeliling dari kampung ke kampung atau biasa datang kalau dipanggil untuk melakukan pementasan. Keahlian seni Ki Buyut Alijin adalah di bidang seni alat musik bambu, Sejenis Angklung Buhun. Selain piawai memainkan Seni tradisoanal. Ahli seni dan pelaku sejarah ini, biasa berkeliling dari kampung ke kampung atau adalah dibidang seni alat musik dari bambu, sejenis seni angklung buhun. Selain piawai dalam memainkan kesenian angklung, Ki Buyut Alijan pun sangat mahir dalam ilmu kanuragan sejenis pancasona dan tapak sancang. Sehingga Ki Buyut Alijan selain suka dipanggil untuk mentas seni, juga gemar melakukan tirakat kanuragan. Ki Buyut Alijan biasa berkeliling, dari kampung ke kampung untuk menarik masyarakat menonton atraksi seninya. Dari wilayah Cigelung, ia berjalan mengembara melalui jalur terobosan Cipanas hingga Citorek dan selanjutnya malang melintang di kawasan Cibeber dan Bayah. Selanjutnya ia selalu meneruskan perjalanan seninya ke arah barat saat berjalan ke arah barat, ia tidak lupa untuk berhenti dan berteduh di sebuah saung pinggir jalan, di sekitar kawasan Panggarangan samapai ke Cihara.
Konon tempat pemberhentian Ki Buyut Alijan itu selalu dijadikan ciri, sebagi tempat panyaungan, sehingga nama panyaungan pun menjadi sebuah nama desa di kawasan Kecamatan Cihara.  Dalam petulangannya, Ki Buyut Alijan sempat menikah dengan gadis asal panyaungan, yang bernama Nyi Uyut Euyeum. Mereka berumah tangga dikampung panyaungan. Ki Buyut Alijan itu selalu diundang untuk melakukan pentas seninya di wilayah itu hingga ke Malingping.  Ki Buyut juga selalu tinggal berdiam diri disekitar Desa Pagelaran, Kecamatan Malingping. Cerita Cilangkahan pun mulai bergulir di sini, dimana saat Ki Buyut Alijan sering mementaskan pagelaran kesenian di sana. Konon, sungai itu sama sekali tidak memiliki jembatan, warga setempat biasanya menyeberang sungai dengan cara berenang atau naik rakit. Namun aneh, menurut yang punya cerita justru Ki Buyut Alijan tidak melakukan itu, beliau justru melakukan penyebrangan dengan cara melangkahi sungai itu. Maka orang sekitar pun mulai saat itu menyebut – nyebut sungai itu sebagai sungai Cilangkahan yang tepatnya di Kampung Cibayawak Desa Pagelaran. Kalau Ki Buyut Alijan melangkahi sungai itu biasanya di tempat sekitar melangsungkan pagelaran seni di tempat ini, Ki Buyut  selalu di datangi orang – orang dari berbagai tempat, diantaranya ada yang berguru seni ada pula yang berguru kanuragan dan hanya ingin mengenal sosok Ki Alijan. Sehingga lambat laun tempat itupun berubah nama menjadi kampung Gembrong, artinya tempat orang – orang berkerumun atau berkumpul mendatangi Ki Buyut Alijan. Kampung Gembrong itu masih di kawasan Desa Pagelaran. Pada zaman kolonial Belanda, kawasan ini dikenal oleh kaum kompeni sebagai kawasan tempat dimana orang – orang punya ilmu kanuragan, sehingga kaum kompeni selalu menemukan perkara yang tragis saat memiliki masalah dengan earga disini. Maka bagi kalangan penjajah kawasan ini disebut sebagai daerah Hara, artinya panas seperti bara api. Sehingga lama – lama daerah ini pun bernama Cihara. Di zaman Revolusi, kawasan ini sempat menjadi sentral pembagian kawasan Otorita Pemerintahan untuk wilayah Lebak Selatan. Tepatnya di kampung Cilangkahan, itulah Kawedanan ( Kanto Pembantu Bupati Wilayah ) pertama di wilayah Lebak selatan sempat didirikan. Sebelum akhirnya kantor Kawedanan itu berpindah ke kota Malingping hingga tahun 2001. Hingga akhirnya seiring dengan munculnya Era Reformasi dan gerakan otonomi daerah ( Otda ), istilah Kawedanan dan birokrasinya terhapus dari Arsip Negara. Dulu Kawedanan Cilangkahan ini membawahi tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Malingping, Panggarangan dan memperjuangkan Daerah Otonomi baru mengambil nama dari sejarah nama Kawedanan itu yaitu Kabupaten Cilangkahan. Dari sinilah kita akan mengenal nama Cilangkahan dan perjalanan panjang sejarahnya itu berasal, Walaupun ini hanya sebuah cerita yang sempat membekas dikalangan pelaku sejarah sekitar kawasan Lebak bagian Selatan.
Oleh
Indra Lesmana(Mahasiswa PGSD Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Share this article :

+ komentar + 3 komentar

24 September 2014 pukul 18.24

lamun hayang ngobrol jeung uyut gedur/asman mangga di antos, sasakala cilankahan mempererat tali silaturohim

30 September 2015 pukul 23.16

Aku org asli kelahiran cilangkahan baru tw sejarahnya begitu.maaf klo bleh tau itu sumbernya dari mana ya?dari cerita turun temurun atau bgaimnaa?

30 Oktober 2021 pukul 07.23

Kalau g salah kibuyut alijan/buyut lijam bin buyut kasmunah/kasman Dan ambu euyeum Makam nya d Jatake Desa Mekarjaya, ingsya alloh saya salahsatu keturunan beliau

Posting Komentar

 
Copyright © 2013-2015. Legenda Rakyat Banten . All Rights Reserved.
Developed by Muhammad Nasheh Ulwan | And Emal Priana | Powered by Elektronik Pintar