ilustrasi |
Sudah beberapa lama suami istri itu hidup di tengah hutan, namun mereka belum mempunyai keturunan yang dapat meramaikan hangatnya suasana keluarga. Beberapa cara sudah mereka tempuh. Tak ada ramuan penyubur rahim yang tak pernah diminum oleh sang istri, tetap saja hasilnya nihil.
Dalam penantian mereka untuk memomong seorang bayi, sepasang suami istri itu adalah seorang seniman sekaligus pengrajin. Sang istri yang memiliki suara merdu tak pernah absen dalam membawakan sebuah tembang sunda yang diiringi oleh gendang kulit kaming buatan suaminya. Kadang kala sang suami begitu rajin membuat wayang golek. Sehingga gubuk sederhana mereka terlihat seperti pameran wayang golek saja. Kecintaan mereka terhadap seni begitu tinggi. Dan terkadang lupa akan keingginan besar mereka yaitu mempunyai anak.
Pada suatu hari, sang istri yang sedang menyediakan santapan makan malam, terkoyong-koyong merasa pusing dan mual sehingga dia hamper tersungkur ke dalam tunggku api yang sedang menyala panas. Untungnya saja ada sang suami yang menahan tubuh istrinya.
“Kenapa neng.?” Tanya sang suami yang terlalu khawatir istri tercintanya terluka.
“Tidak kang hanya pusing saja.” Jawab sang istri sembari bangun yang meneruskan pekerjaannya. Karena sang istri terlihat membaik akhirnya sang suami kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Peristiwa pusing dan mual sang istri terjadi begitu sering dalam satu bulan ini. Namun suami istri itu tak menghiraukannya. Karena mereka pikir itu hanya penyakit masuk angin yang biasa dialami oleh sang istri. Tak lama kemudian sang istri merasakan ada yang tumbuh dalam rahimnya, yang ternyata itu adalah seorang calon bayi yang allah karuniakan untuknya saat itu. Senagnya tak terkira sang suami istri itu. Yang selama ini diminta akhirnya terkabulkan juga.
Kehamilan sang istri sangatlah sehat. Tidak banyak kendala yang dialami sang istri dalam menjalani proses kehamilannya itu. Bahkan setelah hamil sang istri malah semakin senang dengan bernyani ataupun memainkan alat music. Sembilan bualn terasa begitu cepat akhirnya sang istri melahirkan bayi kembar. Bayi-bayi itu kini menghangatkan keluarganya. Selang satu tahun dari kehamilanya sang istripun mengandung bayi kembar pula. Seperti halnya tahun kedua. Pada tahun ketiga pun sang istri mengandung bayi kembar lagi. Karunia yang diberikan allah sangat lauar biasa pada kedua suami istri itu. Pada akhirnya keluarga mereka mempunyai enam oarang anak.
Jiwa seni yang mendarah daging pada orangtuanya menjadi sebuah hereditas untuk anaknya. Dengan enam orang putri-putrinya, mereka membentuk suatu latihan grup music tradisional yaitu degung. Kemahiran dalam memainkan alat music maupun bernyanyi ke enam anak suami istri itu sudah sangat terkenal kemana-mana. Sehingga mereka sering dipanggil untuk menghibur tamu undangan dalam acara pesta pernikahan maupun sunatan di perkampung lain, yang terkadang sangat jauh dari tempat tinggalnya.
Seiring berjalanya waktu. Keterkenalan anak-anak suami istri itu membuat tempat yang mereka tempati mulai dijamah juga oleh penghuni lainya. Awalnya hanya inggin belajar seni seperti yang dilakukan ke enam anak-anak mereka. Namun kemudian penduduk lain mulai menetap tinggal dalam hutan itu. Dan sampai jumlah kepala keluarga sudah mencukupi untuk daerah itu di sebut suatu kampung. Warga setempat yang kala itu menghuni desa ini mengusung nama panggarangan dari asal kata pangarang yang artinya pengarang. Kala itu masyarakat setempat melihat kerjianan dalam bidang seni yang dimiliki oleh sepasang suami istri itulah sebagai pemicu utama munculnya nama panggarangan.
Bukan hanya kerluarga itu saja yang menjadi seniman-seniwati yang bisa memaikan seni. Namun masyarakat sekitar pun diajak untuk bergabung menikmati indahnya peranan seniman dalam sebuah pertunjukan. Maka dari itulah nama panggarangan diusung sebagai nama kampung yang mereka tempati.
Walau tidak banyak para seniman seperti yang hidup pada zaman dahulu. Sekarang panggaranganpun mempunyai beberapa kesenian yang patut ditonjolkan dalam wadah kreatifitasnya. Bukan itu banyak masyarakat pula yang berprestasi dibidang seni. Seperti contoh grup degung guru yang selalu mengisi acara pernikahan. Jaipong yang mulai mencuat. Dan wayang golek yang hadir memeriahkan acara kesenian.Itulah sebabnya panggarangan dianggap kampung seni, yaitu kampung pengarang.
Imformator:
1. Pridaningsih
2. Pa ncat
3. Dewi
Posting Komentar