Curug Kanteh, Lebak Banten |
Alkisah Pada jaman dahulu kala ada sebuah desa yang sangat makmur kehidupannya dipenuhi dengan harta melimpah, kekayaan yang tiada tertandingi laksanan raja- raja yang memiliki singgah sana dimana-mana, rumah-rumah yang dipenuhi atap-atap rumbia yang mengkilap terkesan seperti dilapisi emas, penduduk yang sopan, jujur, ramah tamah serta saling membantu satu sama lain tak heran apabila penduduk nya tak merasa kekurangan dengan apa yanmg dimiliki oleh mereka karena sesuatu yang mereka miliki.
Di desa tersebut hiduplah seorang kakek tua dengan paras yang sangat di segani oleh penduduk karena salah satu sesepuh yang selain memiliki harta yang banyak ia pun memiliki ilmu kanuragan yang sangat tinggi pula beda dengan penduduk yang lainnya sehingga apabila penduduk lewat berpapasan dengan sang kakek maka akan menunduk pandangannya sebagai tanda hormat mereka.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti dengan hari,dan hari pun berganti dengan minggu tibalah pada acara yang sangat besar di kampung tersebut perayaan syukuran yang senantiasa dilakukan di sepanjang tahun ketika pasca panen berhasil dan kali ini bertepatan dngan keberhasilan panen sang kakek terkenal dengan kaya raya dan berilmu tnggi ini yang mendapatkan panen yang melimpah ruah berbeda denga penduduk yang lainnya yang merasa kehilangan di panen kali ini Karena semuanya apa yang mereka tanam kena hama penyakit yang menyebabkan mereka semua gagal panen sehingga imbasnya yaitu ke mereka sendiri dalam menghadapi keberlangsungan hidup menyambung hidup yang kian hari kian parah menimpa mereka dalam mendapatkan sesuap nasi untuk di makan. Berebda dengan sang kakek yang sangat bahagia karena bisa berhasil dalam panenya. Kadang masyarakat berpikir sang kakek dari dulu semenjak mereka mengenal nya tak ada sedikitpun keraguan ataupun ketidakberhasilannya dalam panen sang kakek selalu menang ddan sukses dalam panennya sehinng di usia yang sudah menginjak tua dia merayakan syukuruan yang sangat besar-besaran beda dengan syukuran- syukuran yang tahun sebelumnya kali ini sangat meriah bisa dibilang paling meriah di tengah masyarkat yang dirundung duka karena kesengsaraan dalam mengahadapi ujian yang sungguh berat ini karena berhadapan langsung dengan kelaparan yang bisa saja sewaktu-waktu mengancam di depan mata namun nasib mereka masih di selamatkan oleh sang kuasa samapi sekarang mereka masih tetap bisa menatap dunia ini dengan indah dan segar tanpa hambatan apapun.
Malam pun tiba saat – saat dimana puncak acara sukuran para pendudukpun berbondong-bondong mengahadiri syukuran yang sangat meriah di alun-alun tepatnya di sebelah rumah kakek yang sangat bagus dan berhiaskan emas-emas dan perak sehingga membuat semuanya yang hadir merasa terkagum-kagum dengan keadaan yang menggetarkan hati ini. Semua penduduk yang dating langsung mengisi tempat duduk yang kosong dan sambil mencicipi semua hidangan yang tersaji deengan rapi yang disajikan oleh para pelayan sang kakek.
Disaat para penduduk tekagum-kagum dengan enaknya hidangan yang disajikan dan dengan penampilan tarian yang mempesona yang sebelumnya tak pernah sediktpu ataupun sekalipun mereka saksikan sebelumnhya kini mereka melihatnya sendiri dan terkagum-kagum dengan keadaan yang ada di depan matany laksana ada di syurga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada terkira. Langkah perlahan tapi pasti kini mulai terlihat muncul dari rumah yang paling bagus dan itulah sang kakek yang dari tadi ditunggu-tunggu oleh para penduduk yang menyimpan beribu kebaikan dan beribu teka-teki yang sampai saat ini belum terjawab jawabannya hanya bisa mengira-ngira namun entahlah apakah yang dikira itu benar atau tidak tapi yang jelas bahwa itu semua adalah teka-teki yang belum mendapatkan jawabannya.
Ketika sudah ada di hadapan para penduduk sang kakek pun dengan sikap yang lemah lembut dan berwibawa dalam berbicara perlahan menatap penduduk satu per satu secara perlahan dan mulai memberikan nasihat dan petuahnya bahwa sang kakek ingin penduduknya rukun damai dan oleh karena itu diantara semuanya harus kerjasama jangan ada yang saling bermusuhan dan di akhir perkataanya yang membuat penduduk merasa terheran-heran denagn sang kakek yaitu pamitnya beliau kerana menceritakan tentang ajal bahwa ajal bisa emnghinggapi manusia kapanpun dan dimanapan oleh karena itu sebelum dia pulang dia menitipkan bahwa semua hartanya akan diberikan seluruhnya untuk pembangunan irigasi yaitu untuk mengairi sawah-sawah tiap penduduk dan sebagian lagi yaitu diberikan secara Cuma- Cuma kepada penduduk demi kesejahteraan penduduk.
Dan ketika penduduk mendengar cerita tersebut merasa terharu karena kebaikan serat kedermawanan bahkan ada yang sampai menangis karena merasa sedih takut sebentar lagi kehilangan sang kakek. Dan akhirnya pesta syukuran itu berakhir dengan keterharuan dan kesenangan di setiap penduduk hingga akhir larut malam belalu baru selesai para pendudukpu satu per satu meninggalkan alun-alun dan pergi kerumahnya untuk menyimpan barang-barang bawaaannya dan tertidur pilas
Keesokaan harinya pembangunan irigasi yang dijanjikan oleng sang kakek dilaksanakan oleh para penduduk, irigasi dibangun oleh mereka dari puncak gunung sampai ke dasar dan lembah gunung dan yang aneh serta tantangan bagi penduduk adalah melewati jurang yang sangat curam siapapun yang melewati bagian ini harus berhati-hati kalu tidak entahlah apa yang akan terjadi tapi yang jelas akan jatu ke jurang dan nyawanya sedikit yang akan terselamatkan. Para penduduk pun bingung akan tetapi ketika di tengah-tengah kebingungan mereka sang kakekpun dating dan menggunakan ilmu kanuragannya sehingga dengan cepat seluruh penduduk yang ada disana berpindah bisa melewati jurang yang curam.
Di tengah-terngah kesenangan penduduk karena bisa melewati jurang ternyata tinggal sang kakek yang belum melewatinya dan mereka bingnung kenapa sang kakek tidak melewatinya. Ternyata setelah di Tanya ke sang kake dia bisa memindahkn banyak orang tapi tidak dengan dirinya hingga akhirnya dia terjatuh ke jurang dan air irigasi pyang sungguh sangat deraspun mengikuti ke bawah dan mengalirlah air terjun yang sangat besar. Penduduk pun merasa sangat kehilangan sang kakek. Dan untuk mengenang jasa sang kakek akhirnya air terjun tersebut di namakan curug kanteh sampai sekarang.
=====================================================================
Pesan moral yang bisa diambil dari cerita tersebut adalah :
1. Baik hati
2. Sopan santun
3. Jujur
4. Peduli terhadap sesama
5. Bertanggung jawab
6. amanah
Informan :1. Ki Abdul
2. Ki Karim
Posting Komentar